
1949
Langkah berbeda dari umur belasan
tanpa cinta wayang hindustan
anak muda ribut dan lahar
Mata bernyala, dengus nafas berbara
tapi langit runtuh di atas kepala
nyawa ibunda dipintal bengis derita
Kembali menyusun aksara seksa
Melayu dalam genggam lara
jadi kuda tunggangan badut koloni
Ringkik angin topan tak tertahan
duka sudah tak terhambat,
luka makin tak terbebat
Dendam lama jadi nanar
lalu muncul degup lain dalam diri
kencang mara bahaya
Diam panjang menuju kota
baris bocah dan bendera penjajah
merasuk lagi 1000 pahlawan menggila
Takdir di depan mata, satu nama
badik digenggam kanan, satu kata
bunuh dan merdeka !
Melukislah ghairah pada darah
foto kaku murba membingkai sejarah
remang siang meraung dalam detik
Nama kemudian jadi tertangkap
di tangan ada merah menitik parah
tatkala semangat diseret tersisa ke jalan
Tubuh dilontar ke pengap tak berguna
dingin jeriji, buram dan temaram
gelora ranjang malam nasionalis
Tapi sari kalbu sitenang danau biru
berselubung dalam senyap wibawa
tak mati dipenjara sepi
Ketika burung bangkai mengitari sukma
bersila diatas senjata hati
takkan luluh oleh kejam kemenangan
Mendorong jawaban marah jantung
waktu ditanya ribuan tanda soal
tentang perjuangan dan pengorbanan
Masih berapi pada mata
memberi tajam renung menusuk
membalas dengan keberanian cakerawala
“Aku membenih dari semaian sengsara
membaca sejarah bangsa
terus terhukum rasa lalu membela !”
28 Julai 2003