Wednesday, December 24, 2008


Belasungkawa Grup Teater Sedar 68/95
(jun 1991-oktober 2007)
"saya tutup daya mati, saya buka daya hidup"
Sajak Cinta Yang Terbakar

cinta terbakar lagi . lagi
sosokku yang jadi api. kenangan menyala
kita pernah mendewa janji
menjadi abdi kepada kata dan cinta
pernah percaya sepenuh nyawa.
sekali berdetak tetap ada yang berjejak
di denai usia . lalu menyembunyinya
menjadi rahsia setua rindu.

ia setanggi dalam ruang dan waktu.
dan semerbak tatkala malam lena
mengulit kangenku dan
di dalam mimpi kita bercumbu
kini kita rasai degup tanpa merahhati
asyik oleh liat kehidupan.

lihat foto keluarga tergantung membuat dinding
antara
tak kusedari paru-paru penuh sepi
dewasa yang asing dari kata dan cinta
hanya perjalanan hari demi hari tanpa penghabisan

mercutanda usia !
cinta terbakar lagi . lagi
sosokku yang jadi api. kenangan menyala
dan aku tahu tak kan bisa jadi pembunuhmu
cinta lama

Tuesday, November 18, 2008

Lagu Siti Nurhaliza

isiperut merembes ghairah jiwa
ada sari lain tumbuh dalam tubuh
kepala anak muda itu,

berlitup dewangga calvin klien
tidak lagi berperan belalang sembah
terlepas dari cengkam bayang2.

pilar-pilar liberalisasi mengusir sangsi
katak tak lagi di bawah tempurung
& berakrobat menuju langit,

begitu terbuka angkasa
“ dan adampun diajar nama2 “
bersarang di akal jadi permata.

kini nota kaki yang terbang
meninggalkan hujung mukasurat
jadi sajak melaung perkasa kata,

berpencak di tengah arena
menggaris sempadan dendam
menggasak sejarah silam ,

pucuk2 bertunas berpaling
ke arah matahari segar dalam
fotosintesis sastera bangsa

meliuk-lintuk dalam gerak indah
mengikut irama darah menjelma
nyawabahasanyawabangsanyawanegara

dari relung jiwa merdeka

Friday, September 19, 2008

Monday, September 8, 2008

Sajak Gelap William Blake Untuk Saddam Hussein

inilah sajak gelap amerika
grafitti fikiran di dinding jiwa

gelap menerjah bagai ribut
mencabut rumah-rumah, pohon-pohon, jalan-jalan
dan menyita tranquility dinihari dan tengahmalam

inilah kata-kata daripada yang teraniaya
mendebarkan jantung rakyat Abraham
bagai hamba melihat ketakutan bayang-bayangnya

keluarlah aman daripada hari-hari dilalui
tegak matahari di atas kepala mendidih prasangka
kirikanan bola mata mencari mangsa sentimen

amerikapun menjadi sanctuary belangjingga
mengaum serata dunia inginkan pemanjaan
mendiktat dengan ekonomi, politik dan budaya

tetapi kandang ini akan terus membelenggu;
dari zaman ‘how the west was won’, ku klux klan
ke global terrorist- ketakutan dimiliknegarakan menjadi polisi

suaratakkeruansuarataktentuansuarataktenteram
akan muncul dari kepala 50 juta tatkala ibubumiku
mengejawantah 3000 warganya menjadi tanda salib

inilah metamorfosis iraq
yang berdenyut didalam pasir dan udaranya
memberi nyawa kepada nasionalis

iraq akan memulangkan namanya ke dalam kenangan
dan tersisa hanya sikecil mungil anakibuanakbapaanakamerika.
didalam family home video

inilah puisi gelap amerika
grafitti fikiran di dinding jiwa

yang menyelinap didalam mimpi para intifada
singgah memberi amanat perjuangan
dan merekapun berjalan-jalan di segenap kota-kotamu;

menyambut harga runtuh WalMart
menikmati pijar putih Oval Office membunuh waktu di Dunkin Donuts
atau diantara penonton pelan satira David Letterman

aku akan hidup didalammu Amerika kerana di sini
Curt Cobain, Jimmy Hendrix dan Janis Joplin
bersembang sambil minum Café Latte

tentang The American Dreams !

Wednesday, July 23, 2008

Iqra'

iqra’. ejaan darjah satu dalam kelas tanpa ayah, tanpa ibu
mengembara dalam arus tak tahu
permulaan bismillah dan mahakasih-Nya
ilmu

i
q
r
a’
pelita minyak zaitun memberi sinar
kelam langit dalam, anakanak pada seri matanya
menulis di pelepah sukma
tentang firaun ditelan laut dan Muhammad meredah amazon

i q r a’

satu mawar, satu pedoman, satu percaya
jalanjalan berliku,jalanjalan perjuangan
tentang nabinabi dan isteriisteri deritanya

i
q
r
a’
nur !


Tuesday, July 15, 2008

Samasama Bersayap


ada katakata menabrak bumi rasa
ia perkasa gundahgulana bermata kaca.

jatuhlah batu gusar dari lahar akal
hujahhujah kesasar oleh luapan gasar.

lihat hurufhurufmu menunjuk perasaan !
sembrono berarak riuh setelur bundar,

masih di jalanjalan lama tanpa tanda;
peradaban sastera gerhana dulu kala.

b
ertualanglah nafasmu dalam kurungan
curiga, tak melihat jernih ikan berenang

kala mengacu senjata hati, berkisar lagi
intonasi dari sebuah biografi gemuruh

lidahmu bertulang kejam, serasa bak
belulang dendam, terhunjam tenteram.

tapi kami cerna sesedap rasa dan selera
santapan jiwa dan bahagia tak terkata

inilah sepuhan emas dari sebuah figura;
bunga kasih penyeri budi

wahai saudara sedarah merah pekat
seliratan urat sama tiada lebih kurang likat

mari bicara tanpa menghentak usia
samasama bersayap di langit terbuka

tak terkira bintangbintang di angkasa
bukan untuk bermedan yuda bersisa siasia

tulislah burujburujmu dari matapena perkasa
tanpa melakar sempadan kesumat dan gila

nah, kita umpama paruparu samasama
mengalir udara menjadi nyawa.

Friday, July 11, 2008


nota : tak pasti boleh dibaca ataupun tidak. tapi saya masih usahakan agar puisi seperti ini bisa dinikmati.

Saturday, July 5, 2008

1949


Langkah berbeda dari umur belasan
tanpa cinta wayang hindustan
anak muda ribut dan lahar

Mata bernyala, dengus nafas berbara
tapi langit runtuh di atas kepala
nyawa ibunda dipintal bengis derita

Kembali menyusun aksara seksa
Melayu dalam genggam lara
jadi kuda tunggangan badut koloni

Ringkik angin topan tak tertahan
duka sudah tak terhambat,
luka makin tak terbebat

Dendam lama menjadi nanar
lalu muncul degup lain dalam diri
kencang mara bahaya

Diam panjang menuju kota
baris bocah dan bendera penjajah
merasuk lagi 1000 pahlawan menggila

Takdir di depan mata, satu nama
badik digenggam kanan, satu kata
bunuh dan merdeka !

Melukislah ghairah pada darah
foto kaku murba membingkai sejarah
remang siang meraung dalam detik

Nama kemudian jadi tertangkap
di tangan ada merah menitik parah
tatkala semangat diseret tersisa ke jalan

Tubuh dilontar ke pengap tak berguna
dingin jeriji, buram dan temaram
gelora ranjang malam nasional

Tapi sari kalbu sitenang danau biru
berselubung dalam senyap wibawa
tak mati dipenjara sepi

Ketika burung bangkai mengitari
sukma bersila diatas senjata hati
takkan luluh oleh kejam kemenangan

Mendorong jawaban marah jantung
waktu ditanya ribuan tanda soal
tentang perjuangan dan pengorbanan

Masih berapi pada mata
memberi tajam renung menusuk
membalas dengan keberanian cakerawala

“Aku membenih dari semaian sengsara
membaca sejarah bangsa
terus terhukum rasa lalu membela !

102, Kpg Datu, Sibu
28 Julai 2003


*dibawah ialah sepucuk surat yang ditinggalkan oleh Rosli Dhoby untuk perenungan anak bangsa .

" Dengan secharek kertas ini dan se putung pensil untuk renungan sepanjang masa. Saya si penulis Rosli Dhobi dalam lindungan Permai. Saudara2 dan saudari2 sa perjuangan, saya ta' lama lagi akan meninggalkan jejak tanah tumpah darakku yang ku chintai, dan utama sekali ayah bunda yang ku kasehi dan saudara2 semua, dengan nama Allah sifat pemurah dan pengampun saya menyusun 10 jari mohon ampun dan maaf atas kesalahan saya yang telah terjadi selama ini, saga sanggup berkorban nyawa untuk memperbaiki raayat yang telah di budaki oleh penjajah, saya mengaku dan terima apa2 kesalahan di dunia ini saya ta'genter saya ta'takut mati, saya terima hukuman yang telah di jatohkan di mahkamah. Saya berdoa kepada Allah s. w. t. Saudara2 saudari2 di akhir kelak balek ke pengkuan Ibu pertiwi. Sungguh begitu saya sudah sanggup menghapuskan orang putih yang berasin dan datang nya tetapi saya sudah tidak ada di dunia ini nama saya tetap harum seluroh Dunia sa genap plusuk. Akhir kata, hey! Saudara2 Saudari2 sekalian berjuanglah jangan mundur majulah ka hadapan Amin ya rabbul alamin berkat do a laillahaitlahi Munamada rasululah. Dan saga uchapkan jutaan terima kasih kepada saudara Pa. S. Allah sahajalah yang akan membalas budi jasa nya dengan penuh layanan, nasiha yang belom pernah di dengar oleh saya dari awal hingga akhir. Harapan ini surat jangan sekali di beri sesiapa pun. Simpan baik bai, barangkali di lain masa ada guna nya. Ditulis pada 1 3 1950."
Saya yang akan meninggalkan endah ini, R.

Thursday, July 3, 2008

Untukmu Darul Hana


Menyingkap haru 'a river of dry tears' ;
kian terasa terjahan keras hari muka

mengungkap cerita lara

antara pertuanan dan perjuangan

daya juang dirongrong sesenyap udara
mengikis jadi perih dalam dada

kembang-kempis menahan perit

luka sebuah bangsa

wajahnya seribu kedut
mengandung kolam jiwa

cerita keruh dari tipu-daya

dari maksud yang penuh tuba

inilah keberkuasaan tali
mengikat tangan-tangan, kaki-kaki

kepala-kepala, tubuh-tubuh

menjadi seberkas yang beku

kemudian ke bumi lindap
dibenam kedasar lintahdarat

bumi kering, tandus tanpa hikmah

daya mati—tersadai di padang pertiwi

segala-gala tak lagi memberi makna;
kerusi berkuasa hanya kisah pelayaran

untuk lemas di tengah lautan

disamping kekasih gelita

basa-basi politik dipapancatur
membawa budaya ke tebing terjal

menolak kampung ke gaung marginaliti

seraya berkata, “ inilah masa depan!”

kelak kita mengumpul satu persatu
puing-puing adat istiadat

melonggoknya jadi kehancuran
sosiologi

doktrin lama berputar lagi
tentang dengung pembangunan

berbalik-balik antara gegendang

begitu merenyahkan pulas tidur malam

tiada membela, kekecutan pun tiba
rosli dhoby dibelenggu semangat badiknya

hanya melaung suara terpendam dalam

jadi sejarah tak berguna

untukmu sesuatu yang tak bisa
diperhitung tanpa kesedaran

bahawa nasib sesebuah bangsa

iubahnya sendiri

ayuh !

nota kaki; 'a river of drys tears' adalah judul buku karangan Abg Yusuf Putih tentang kemiskinan di bumi Sarawak Darul Hana

Wednesday, July 2, 2008

media oh media


-----> sajak ini terpaksa dibikin seperti ini kerana masalah teknikal variasi font tidak mampu diterjemahkan apabila ditulis dalam blog. lalu saya formasikan ia kedalam bentuk imej (jpeg). sajak-sajak seperti ini saya namakan sajak tifografi.

Sunday, June 29, 2008

Bangunkan Lagi Sastra API


aku kembali menggasak jiwa
mahu mengaum laksana belangjingga

mengalir, mengalirlah sungai seniku
menduga dalam samudera rasa dan pesona

kata-kata melakar warna manusia
sukmaku bergelora, hati berombak

menghempas karangderita. pantaiduka
dengan suara-suara kepribadian ghinaya

ayuh, bangunkan lagi rumah-rumah puisi kita
perumahan setinggan harapan anakmuda

biar dongak ke langit terbuka, jangan lupa
tunduk merendah menyembah Esa

kita adalah zaman yang memberi makna
dengan sari citra sendiri

menyalalah dengan nyali muda berbara
menolak keserakahan ke tebing terjal

kerana sastera bukan empunya segelintir nama

aku lewati jalan-jalan sepi jalan-jalan debu
mengajar dengan rotan kehidupan

tentang sahabatmusuh dan musuhsahabat
yang membugar sempadan kemanusiaan

paluan demi paluan menjadi belulang
memperkasa nyali kesenimanan

Thursday, June 26, 2008

Graffiti Kucing Hitam

Kebenaran tak keluar
huruf-huruf kakak tua ngobrol,
dongeng mengisi dada-dada

mengolah fikiran jadi titik berhenti
kurang menyoal, lebih menerima
tanpa tanya -- daya mati

sudah sekian lama bukan berita lagi
aduh dan keluh yang basi
menu nombor satu hingga menjilat jari

daya hidup longlai
langit dalam kembali temaram
ada lagi mimpi menahan perut terburai

novel politik, mikrofon berkuasa
topeng-topeng afrika
ikan-ikan sardin terjepit

lemas nafas mengumpul rimas
di kota murba jadi aspal buat pijakan
kaki-kaki gajah

percikan di dinding-dinding batu
seperti lukisan avant garde
sukar dimengerti tentang marah yang tak terluahkan

hanya bisa halkum menghamili bungkam
tatkala hari-hari berlalu berkisar debu
mereka mengenakan wajah lain yang dungu

sambil duduk di trotoar peradaban melihat
anjing-anjing ngomong kasar di papantanda
menyalak jantung jadi kecut

keberanian pupus ke dalam perut
jantanpuisi dikasi, kesaksian di jeriji besi
berbini beranak sunyi di padang pertiwi

iada lagi suara-suara
perkarangan saling paling-berpaling,
melempar jauh pandang antara mereka

kosong dan hampa
tidak lagi menggugah tindak
berkarat keris tertinggal dilumpur budaya

terus melewati detik-detik
merasmi warna masa depan
dalam kelam kelabu asap

bergerak di bumi lindap
menghempas tulang empat kerat
melolong sukma di pinggang merana

menggelegak kerajaan hati
menekan-mendesak diam yang panjang
ia gunung mengandung dendam

membenih pilu di relung jiwa
nama-nama yang jenuh
makan hati berulam jantung

udara panas, udara selasa
monolog tak keruan akan merusuh
pada hari kebebasan

terbang ke langit tindak dan kata
menjadi nyali yang nyala
pejuang dari ribut dan lahar