Saturday, July 5, 2008

1949


Langkah berbeda dari umur belasan
tanpa cinta wayang hindustan
anak muda ribut dan lahar

Mata bernyala, dengus nafas berbara
tapi langit runtuh di atas kepala
nyawa ibunda dipintal bengis derita

Kembali menyusun aksara seksa
Melayu dalam genggam lara
jadi kuda tunggangan badut koloni

Ringkik angin topan tak tertahan
duka sudah tak terhambat,
luka makin tak terbebat

Dendam lama menjadi nanar
lalu muncul degup lain dalam diri
kencang mara bahaya

Diam panjang menuju kota
baris bocah dan bendera penjajah
merasuk lagi 1000 pahlawan menggila

Takdir di depan mata, satu nama
badik digenggam kanan, satu kata
bunuh dan merdeka !

Melukislah ghairah pada darah
foto kaku murba membingkai sejarah
remang siang meraung dalam detik

Nama kemudian jadi tertangkap
di tangan ada merah menitik parah
tatkala semangat diseret tersisa ke jalan

Tubuh dilontar ke pengap tak berguna
dingin jeriji, buram dan temaram
gelora ranjang malam nasional

Tapi sari kalbu sitenang danau biru
berselubung dalam senyap wibawa
tak mati dipenjara sepi

Ketika burung bangkai mengitari
sukma bersila diatas senjata hati
takkan luluh oleh kejam kemenangan

Mendorong jawaban marah jantung
waktu ditanya ribuan tanda soal
tentang perjuangan dan pengorbanan

Masih berapi pada mata
memberi tajam renung menusuk
membalas dengan keberanian cakerawala

“Aku membenih dari semaian sengsara
membaca sejarah bangsa
terus terhukum rasa lalu membela !

102, Kpg Datu, Sibu
28 Julai 2003


*dibawah ialah sepucuk surat yang ditinggalkan oleh Rosli Dhoby untuk perenungan anak bangsa .

" Dengan secharek kertas ini dan se putung pensil untuk renungan sepanjang masa. Saya si penulis Rosli Dhobi dalam lindungan Permai. Saudara2 dan saudari2 sa perjuangan, saya ta' lama lagi akan meninggalkan jejak tanah tumpah darakku yang ku chintai, dan utama sekali ayah bunda yang ku kasehi dan saudara2 semua, dengan nama Allah sifat pemurah dan pengampun saya menyusun 10 jari mohon ampun dan maaf atas kesalahan saya yang telah terjadi selama ini, saga sanggup berkorban nyawa untuk memperbaiki raayat yang telah di budaki oleh penjajah, saya mengaku dan terima apa2 kesalahan di dunia ini saya ta'genter saya ta'takut mati, saya terima hukuman yang telah di jatohkan di mahkamah. Saya berdoa kepada Allah s. w. t. Saudara2 saudari2 di akhir kelak balek ke pengkuan Ibu pertiwi. Sungguh begitu saya sudah sanggup menghapuskan orang putih yang berasin dan datang nya tetapi saya sudah tidak ada di dunia ini nama saya tetap harum seluroh Dunia sa genap plusuk. Akhir kata, hey! Saudara2 Saudari2 sekalian berjuanglah jangan mundur majulah ka hadapan Amin ya rabbul alamin berkat do a laillahaitlahi Munamada rasululah. Dan saga uchapkan jutaan terima kasih kepada saudara Pa. S. Allah sahajalah yang akan membalas budi jasa nya dengan penuh layanan, nasiha yang belom pernah di dengar oleh saya dari awal hingga akhir. Harapan ini surat jangan sekali di beri sesiapa pun. Simpan baik bai, barangkali di lain masa ada guna nya. Ditulis pada 1 3 1950."
Saya yang akan meninggalkan endah ini, R.

No comments: