Saturday, March 20, 2010


Karangan Hati Kepada Taufek
( bersempena AGM PEKASA 17 April 2010 )
karya Zacharia Abdulmanan

Alaf dulu hampir membikin dungu
berbondong lembu menyusun huruf
mengubah fikiran jadi kantong bolong.

Sastera Kenyalang tak ubah wayang purwo
mengulang plot & ‘soundtrack’ serupa
dari narasi dalang yang mencandu glory

Mesin fotokopipun datang dari kelir
mengirim cerita dari silam nama2
mencetak segenap otak dengan korupsi

Bakat terbengkalai dek pukau
memalu ulu hati kreatif , menyihir jadi puding
& menyembunyinya di balik bayang2

Selamat tinggal wayang2 ekspresionis
gelanggang ini persilatan ortodok
tak melihat kelibat Andrew Warhol

Siaran tergendala hanya paparan
titik2 hitamputih seperti tebuan tak keruan
& silhoutte mentor rakus onani,

jadi terbuang kesejatian
lebih terasing dari kelas darjah satu
tambah terpinggir dari debu diceruk dapur .

Pucuk baru mengenal hari
menulis cuma monotonis jiwa bangsa sendiri
diperam pengap penjara konvensi ,

kerana enggan berguru kepalang ajar
disalut antitenaga yang kebas
disenarai obituari setengah halaman.

Tak sedikit kematian yang kukenal
dek aura racun dari senyum radioaktif
memangsai ghairah muda jadi kecemasan.

Kini abad berlari; aku, kamu, seiring
setelah revolusi dari gua gelap
kami dada dengan nyala A.P.I nyali.

Idealisme berbenam dalam jiwa tak mungkin
bara terhambat lagi , ‘carpes diem’!
& melontar halkum di tengah keriuhan.

Sepenuh hati kami isi totalitas
seperti jalang Chairil, amuk Sutardji, sihir Sapardi
& mendaftar tanda lahir SasteraIndie TM,

membenihlah puisi menembus kalbu
kembali luar biasa panasalir dalam darah
meledak adrenalin jadi melawan.

Kredo kata2 semula menyingkap
hijab kehidupan yang tak terduga kail sejengkal
memugar enlightment di sisi jiwa.

Lalu aku coretkan lagi sajak lain
tatkala pegun dunia membuka hipokrasi
Badang menjadi puisi2 muntah saja,

tumpah dalam cangkir kopi pagi
tertulis minggu menakutkan tentang
membentuk elok di teluk esok,

Inilah produk dari kedai2 stensilan
mimpi hitam putih menjenuhkan
wajah kelabu filem Gatacca

supra algojopun menganyam lagi
mengkuang kepala kijang putih
buat dekorasi persada pesona diri,

yang tak mahu melepaskan tuntutan
atas nama, atas gelar, atas kuasa
untuk agenda pundek sendiri.

Tapi odisi ini seperti bayi belajar erti
buah cempedak di luar pagar
menukar diri jadi dewasa bangkit.

Tajam mata hati adalah senjata
terang didalam menyuluh kelam diluar
menganjak tumbuh & berkembang.

Bahasa jiwa bangsa yang organik
nalar menyonsong zaman berubah
namun plastis mencipta rahsia makrifat,

Biar menghala arah busar kritik balas
ke perdu kesenimanan independence
tetap menjadi emas dibawa berlayar

Kepada Taufek karangan sajak ini
orang2 tua tetap delima hati,
tapi anakmu bukan anakmu lagi

No comments: