Thursday, June 26, 2008

Graffiti Kucing Hitam

Kebenaran tak keluar
huruf-huruf kakak tua ngobrol,
dongeng mengisi dada-dada

mengolah fikiran jadi titik berhenti
kurang menyoal, lebih menerima
tanpa tanya -- daya mati

sudah sekian lama bukan berita lagi
aduh dan keluh yang basi
menu nombor satu hingga menjilat jari

daya hidup longlai
langit dalam kembali temaram
ada lagi mimpi menahan perut terburai

novel politik, mikrofon berkuasa
topeng-topeng afrika
ikan-ikan sardin terjepit

lemas nafas mengumpul rimas
di kota murba jadi aspal buat pijakan
kaki-kaki gajah

percikan di dinding-dinding batu
seperti lukisan avant garde
sukar dimengerti tentang marah yang tak terluahkan

hanya bisa halkum menghamili bungkam
tatkala hari-hari berlalu berkisar debu
mereka mengenakan wajah lain yang dungu

sambil duduk di trotoar peradaban melihat
anjing-anjing ngomong kasar di papantanda
menyalak jantung jadi kecut

keberanian pupus ke dalam perut
jantanpuisi dikasi, kesaksian di jeriji besi
berbini beranak sunyi di padang pertiwi

iada lagi suara-suara
perkarangan saling paling-berpaling,
melempar jauh pandang antara mereka

kosong dan hampa
tidak lagi menggugah tindak
berkarat keris tertinggal dilumpur budaya

terus melewati detik-detik
merasmi warna masa depan
dalam kelam kelabu asap

bergerak di bumi lindap
menghempas tulang empat kerat
melolong sukma di pinggang merana

menggelegak kerajaan hati
menekan-mendesak diam yang panjang
ia gunung mengandung dendam

membenih pilu di relung jiwa
nama-nama yang jenuh
makan hati berulam jantung

udara panas, udara selasa
monolog tak keruan akan merusuh
pada hari kebebasan

terbang ke langit tindak dan kata
menjadi nyali yang nyala
pejuang dari ribut dan lahar

1 comment:

Penabahari said...

"wajah lain yang dungu

sambil duduk di trotoar peradaban melihat
anjing-anjing ngomong kasar di papantanda
menyalak jantung jadi kecut"

yang dungu ada di mana-mana. Saya dan teman-teman ketemu dungu di tepi laut biru.Armiza ikut keliru. Dahiri termangu..saya terharu..
apa khabar Zach?