Kebenaran tak keluar
huruf-huruf kakak tua ngobrol,
dongeng mengisi dada-dada
kurang menyoal, lebih menerima
tanpa tanya -- daya mati
aduh dan keluh yang basi
menu nombor satu hingga menjilat jari
langit dalam kembali temaram
ada lagi mimpi menahan perut terburai
topeng-topeng afrika
ikan-ikan sardin terjepit
di kota murba jadi aspal buat pijakan
kaki-kaki gajah
seperti lukisan avant garde
sukar dimengerti tentang marah yang tak terluahkan
tatkala hari-hari berlalu berkisar debu
mereka mengenakan wajah lain yang dungu
anjing-anjing ngomong kasar di papantanda
menyalak jantung jadi kecut
jantanpuisi dikasi, kesaksian di jeriji besi
berbini beranak sunyi di padang pertiwi
perkarangan saling paling-berpaling,
melempar jauh pandang antara mereka
tidak lagi menggugah tindak
berkarat keris tertinggal dilumpur budaya
merasmi warna masa depan
dalam kelam kelabu asap
menghempas tulang empat kerat
melolong sukma di pinggang merana
menekan-mendesak diam yang panjang
ia gunung mengandung dendam
nama-nama yang jenuh
makan hati berulam jantung
monolog tak keruan akan merusuh
pada hari kebebasan
menjadi nyali yang nyala
pejuang dari ribut dan lahar
1 comment:
"wajah lain yang dungu
sambil duduk di trotoar peradaban melihat
anjing-anjing ngomong kasar di papantanda
menyalak jantung jadi kecut"
yang dungu ada di mana-mana. Saya dan teman-teman ketemu dungu di tepi laut biru.Armiza ikut keliru. Dahiri termangu..saya terharu..
apa khabar Zach?
Post a Comment